Bulatkan tekad Anda untuk mengarungi Selat Mentawai. Tinggallah bersama suku asli yang ramah di Uma, rumah tradisional khas mereka. Perkenalkan diri Anda pada Kerei, dukun yang dituakan di suku Mentawai. Hiruplah semilir angin dan berlarilah sepanjang Pantai Masilok, Pantai Sagulubek, dan Pantai Sikabaluan
Tak banyak orang yang rela mengarungi berjam-jam perjalanan laut, 155 kilometer jauhnya dari pesisir Sumatera
Barat. Alih-alih pesiar, kapal yang digunakan pun tak cukup bagus untuk dinaiki penumpang. Belasan jam perjalanan seringkali membuat wisatawan mabuk laut, apalagi bila ombak Samudera Hindia sedang ganas dan langit sedang bermuram durja.
Sebutlah ini salah satu ujian Anda untuk menuju Pulau Siberut. Pun, sebutlah diri Anda pemberani jika sudah melewati ganasnya Selat Mentawai itu.
Mengutip situs Indonesiatourism yang dikunjungi detikTravel, Rabu (18/4/2012), suku Mentawai hidup dengan keharmonisan tingkat tinggi pada alam sekitar. Bagi suku berpaham matrilineal ini, segala mahluk hidup termasuk juga hewan dan tumbuhan punya roh masing-masing. Selama ribuan tahun, mereka hidup menyatu dengan alam dan menolak adanya modernisasi.
Tolakan modernisasi ini bukannya tanpa sebab. Mentawai dikenal sebagai salah satu suku paling terisolir di Indonesia, sekaligus yang paling terjaga budayanya. Salah satu budaya Mentawai yang terkenal tentu saja tato tradisional, yang menjadi identitas masyarakat setempat. Tato ini punya beragam bentuk, dengan beragam makna pula.
Secara administratif, Pulau Siberut termasuk dalam wilayah Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Siberut adalah yang terbesar di antara empat pulau di Kepulauan Mentawai. Dengan isolasi maksimal, Siberut menawarkan lebih dari sekadar panorama alam yang indah. Yang menjadi sebab para traveler rela mengarungi lautan untuk menjajak pulaunya adalah: suku Mentawai.
Berjalanlah melewati hutan dan libaslah medan berlumpur. Jangan hentikan langkah ketika bertemu kera, tupai, dan burung-burung endemik yang menjadi teman perjalanan Anda. Hiruplah aroma petrichor yang dihasilkan dedaunan sekitar, lalu rasakan percikan air terjun yang dinginnya menggigit tulang.
Hutan hujan tropis memenuhi sebagian wilayah barat pulau, tergabung dalam wilayah konservasi Taman Nasional Siberut. Hutan ini menjadi habitat beberapa spesies hewan langka seperti monyet, tupai, dan burung endemik Kepulauan Mentawai.
Di bagian utara dan selatan pulau, terdapat air terjun yang konon luar biasa cantik. Anda bisa menyambangi keduanya dengan bantuan penduduk lokal sebagai pemandu. Satu kewajiban bagi para traveler domestik untuk ikut melestarikan budaya di Pulau Siberut.
Jadilah saksi keindahan bawah lautnya: aneka koral dan anemon yang jadi habitat ikan-ikan warna pelangi. Terkadang melintas pula, si pintar lumba-lumba dan si ikan duyung alias dugong.
Sehabis itu, ambil papan selancar dan bermainlah bersama gulungan ombak. Rasakanlah hempasan satu dari ombak terbaik di dunia!
Tak banyak orang yang rela mengarungi berjam-jam perjalanan laut, 155 kilometer jauhnya dari pesisir Sumatera
Barat. Alih-alih pesiar, kapal yang digunakan pun tak cukup bagus untuk dinaiki penumpang. Belasan jam perjalanan seringkali membuat wisatawan mabuk laut, apalagi bila ombak Samudera Hindia sedang ganas dan langit sedang bermuram durja.
Sebutlah ini salah satu ujian Anda untuk menuju Pulau Siberut. Pun, sebutlah diri Anda pemberani jika sudah melewati ganasnya Selat Mentawai itu.
Mengutip situs Indonesiatourism yang dikunjungi detikTravel, Rabu (18/4/2012), suku Mentawai hidup dengan keharmonisan tingkat tinggi pada alam sekitar. Bagi suku berpaham matrilineal ini, segala mahluk hidup termasuk juga hewan dan tumbuhan punya roh masing-masing. Selama ribuan tahun, mereka hidup menyatu dengan alam dan menolak adanya modernisasi.
Tolakan modernisasi ini bukannya tanpa sebab. Mentawai dikenal sebagai salah satu suku paling terisolir di Indonesia, sekaligus yang paling terjaga budayanya. Salah satu budaya Mentawai yang terkenal tentu saja tato tradisional, yang menjadi identitas masyarakat setempat. Tato ini punya beragam bentuk, dengan beragam makna pula.
Secara administratif, Pulau Siberut termasuk dalam wilayah Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Siberut adalah yang terbesar di antara empat pulau di Kepulauan Mentawai. Dengan isolasi maksimal, Siberut menawarkan lebih dari sekadar panorama alam yang indah. Yang menjadi sebab para traveler rela mengarungi lautan untuk menjajak pulaunya adalah: suku Mentawai.
Berjalanlah melewati hutan dan libaslah medan berlumpur. Jangan hentikan langkah ketika bertemu kera, tupai, dan burung-burung endemik yang menjadi teman perjalanan Anda. Hiruplah aroma petrichor yang dihasilkan dedaunan sekitar, lalu rasakan percikan air terjun yang dinginnya menggigit tulang.
Hutan hujan tropis memenuhi sebagian wilayah barat pulau, tergabung dalam wilayah konservasi Taman Nasional Siberut. Hutan ini menjadi habitat beberapa spesies hewan langka seperti monyet, tupai, dan burung endemik Kepulauan Mentawai.
Di bagian utara dan selatan pulau, terdapat air terjun yang konon luar biasa cantik. Anda bisa menyambangi keduanya dengan bantuan penduduk lokal sebagai pemandu. Satu kewajiban bagi para traveler domestik untuk ikut melestarikan budaya di Pulau Siberut.
Jadilah saksi keindahan bawah lautnya: aneka koral dan anemon yang jadi habitat ikan-ikan warna pelangi. Terkadang melintas pula, si pintar lumba-lumba dan si ikan duyung alias dugong.
Sehabis itu, ambil papan selancar dan bermainlah bersama gulungan ombak. Rasakanlah hempasan satu dari ombak terbaik di dunia!